New Bie...?!
“Tuhan telah menciptakan takdir sebagai
buku kehidupan, dan tugas manusia menggerakkan nasibnya menuju kehidupan
yang lebih baik.”
Sepetik kata-kata motivasi di atas
merupakan pakem ilahi yang tiap orang harus meyakininya. Barang siapa
yang ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik, maka ia harus berusaha
semaksimal mungkin untuk meraihnya. Bahkan dalam keadaan sesulit
apapun, peluang keberhasilan tersebut tetap disediakan Tuhan untuk orang
yang mau berusaha.
Hal tersebut kembali dibuktikan oleh
seorang pemuda biasa bernama Wahyudin. Ia yang berasal dari keluarga
sangat sederhana, harus menjalani kehidupan keras sebagai pemulung untuk
mempertahankan api cita-citanya tetap menyala. Dan kini sebagai buah
manis perjuangan, ia berhasil menggapai cita-cita yakni mendapatkan #pendidikan bahkan hingga berkesempatan menempuh studi doktoral S3 di universitas luar negeri.
Artikel lain: Sunny Kamengmau ~ Dari Tukang Kebun Kini Sukses Produksi Tas Sosialita Jepang
Perjuangan Sang Pemulung Ganteng
Belum lama ini ranah maya, mulai media online hingga #media sosial
diramaikan munculnya sosok pria berparas menarik namun memiliki
background kehidupan yang terterduga. Pria tampan bernama Wahyudin
tersebut ternyata berprofesi sebagai pemulung.
Tak cukup itu saja, ternyata kisah hidup
pria 24 tahun ini menyimpan cerita yang jauh lebih menarik. Ia yang
lahir dari keluarga kurang mampu ini ternyata tengah menempuh pendidikan
magister S2 nya di salah satu perguruan tinggi negeri prestisius di
Indonesia. Bagaimana bisa?
Terlahir sebagai sulung dari 3
bersaudara, Wahyudin sempat hampir patah arang mengetahui kenyataan
bahwa semua saudaranya tidak bisa meneruskan pendidikan ke jenjang
Sekolah Dasar. Padahal dalam hati, menempuh pendidikan
setinggi-tingginya merupakan cita-cita besar yang ingin ia kejar. Dengan
motivasi besar tersebut, dimulailah perjuangan Wahyudin cilik.
Ketika pekerjaan sang orang tua sebagai
buruh tani hanya cukup mengisi perut, Wahyudin sadar bahwa jalan
satu-satunya untuk mengejar mimpi adalah dengan berusaha mencari
pendapatan sendiri. Kala itu, ketika menginjak usia 10 tahun, ia mulai
menjadi pemulung barang bekas untuk memenuhi sebagian kebutuhan
sehari-harinya.
“Saya putusin jalan ke tetangga untuk
mulung. SD kebutuhan makin besar saya tambah mulung dan gembala kambing,
udah SMP tambah jualan gorengan, SMA tambah mulung, gembala kambing,
mengajar les disambi on air jadi penyiar, jualan susu murni, dagang
asongan di pinggir rel, semua ada 7 profesi di luar sekolah,” ungkap
Wahyudin.
Meski berat, beragam perkejaan tersebut
ia jalani dengan sabar bahkan hingga saat ini. Dari hasil kerja
kerasnya, Wahyudin akhrinya bisa menamatkan pendidikan dasar dan
mendapat kesempatan untuk lanjut ke universitas.
Prinsip Tak Ingin Mengeluh Milik Wahyudin
Yang patut dicontoh, selama menjalani
beragam pekerjaan kasar tersebut Wahyudin berusaha tidak mengeluh atau
berbagi kesedihan dengan keluarganya. Ia hanya akan berbagi ketika ia
mendapatkan kebahagiaan, ntah berhasil mengais rupiah dari kerja
kerasnya atau beragam title prestasi ketika ia menempuh pendidikan.
“Kalau kartu bayaran itu engga boleh
kasih tahu orang tua, harus taruh di bawah bantal sendiri, bayaran saya
harus pusing sendiri, nangis sendiri, laporan ke guru BP izin setiap
semester itu sudah biasa waktu kuliah di Uhamka. Tapi kalau saya dapat
ranking, juara, terpilih jadi pemuda pelopor kota Bekasi itu saya share
saya kasih tau Emak. ‘Saya ranking loh, saya dapat juara ini loh Mak’,”
detilnya saat mengenang perjuangan.
Dan nyatanya Wahyudin memang tergolong berotak encer. “Sekolah tetap dapat ranking, di S1 juga IPK saya 3,85,” ungkapnya.
Baca juga: Meski Penuh Keterbatasan, Pria Ini Mempunyai Cita-Cita Dan Semangat Bisnis Luar Biasa
Mendapat Kesempatan Menempuh Program Doktoral di Luar Negeri
Perjuangan Wahyudin terus berlanjut
ketika ia masuk ke perguruan tinggi. Kala itu ia masuk menjadi mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) dan
lulus pada tahun 2013.
Kisah hidup dan perjuangan Wahyudin
akhrinya sampai juga ke telinga Kementerian Pendidikan yang kala itu
langsung menawari ia untuk dapat melanjutkan pendidikan hingga program
Doktoral S3. Tak cuma itu, Wahyudin bahkan bisa memilih universitas
asing manapun dan masuk tanpa prasyarat tes. Menanggapi tawaran
tersebut, satu negara yang terfikir olehnya adalah Arab Saudi. Mengapa?
Karena dalam benaknya sembari menuntut ilmu, di sana ia juga bisa
beribadah.
Gayung bersambut, sebagai langkah awal
kementerian akhirnya memasukkan Wahyudin pada Program Magister of
Bussiness Administration (MBA) ITB kampus Jakarta sebagai tahap awal
sebelum ia melanjutkan program doktoralnya.
Bagimanapun pendidikan memang menjadi
hal yang wajib kita kejar sebagai bekal masa depan. Dan pendidikan hidup
seperti yang dikisahkan Wahyudin semoga bisa menjadi pelecut semangat
utamanya bagi kita para generasi muda. Get Inspired!
0 komentar:
Post a Comment